Jumat, 17 April 2009

Pemilu Membawa Maut

Pemilu kali ini bukan hanya memakan harta tapi juga nyawa. Pekan lalu seorang caleg asal PKB Kota Banjar, Sri Hayati (23) ditemukan gantung diri. Wanita yang tengah hamil 4 bulan itu tak kuat menahan malu karena hanya meraih 10 suara. Reaksi masyarakat pun aneka ragam, namun semuanya menyesalkan meskipun masyarakat juga yang bikin caleg tersebut bunuh diri. Bayangkan betapa jahatnya permainan politik uang. (Mukhlisaljawi@yahoo.co.id)

Senin, 13 April 2009

Sinyal dari Langit

Bila ajal telah datang, ia tidak bisa diakhirkan. Begitulah firman Allah SWT yang termaktub dalam Al-Quran. Semua makhluk hidup akan mengalaminya, tak terkecuali dengan manusia. Maka kepergian wartawan almarhum Ade Kodar Solihat merupakan bagian dari sunatullah yang mengandung sejuta hikmah dan itibar bagi kita semua. Setidaknya ini sinyal dari langit bahwa esok akan ada hari kemudian disanalah waktu terpanjang kita mempertanggungjawabkan semua amal selama di dunia. Semoga segala kebaikan saudara kita Ade Kodar Solihat dicatat sebagai amal dan kekhilafannya diampuni Allah SWT.
Ini adalah catatan kesan seorang kawan seperjalanan dalam jurnalistik. Sebagaimana kawan-kawan wartawan yang lain, Ade Kodar Solihat adalah sosok yang humoris. Karena sikapnya yang humoris itu ia pun menekuni karir jurnalistik bidang hiburan dan olah raga. Selama menjadi “wirausaha” berita di Koran IMSA, semua karya jurnalistiknya kebanyakan hiburan, artis dan olahraga. Makanya ia punya jaringan luas di kalangan seniman, olahraga dan artis lokal. Ia jarang menulis berita politik dan pemerintahan, makanya nama dia dalam peta silat wartawan lebih dikenal seorang seniman.
Dan sebagai sosok wirausaha jurnalistik ia memang sangat militan dan pantang menyerah. Pasalnya di Koran IMSA berlaku falsafah, setiap wartawan adalah juragan bagi dirinya sendiri. Ini yang membuat semua wartawan IMSA berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya. Mengapa demikian ? Koran IMSA didirikan bukan sebagai perusahaan industri media massa, tapi ia merupakan kawah candradimuka yang menempa calon wartawan menjadi sosok wirausaha jurnalistik. Tak heran keluaran Koran IMSA yang kini menguasai peta pemberitaan di Ciamis punya energi simpanan. Ade Kodar Solihat setidaknya telah membuktikan dirinya bagian dari sosok wirausaha jurnalistik ini, sebab selama hidupnya ia belum pernah mendapatkan kucuran proyek dari pemerintah. Ia hidup dengan caranya sendiri dengan kemampuan yang dimilikinya, tanpa mengeluh dan meratapi nasibnya.
Ade Kodar Solihat seolah memberontak keadaan, tapi ia tak kuasa merubah keadaan bahkan hingga ajal menjemputnya. Ia sering curhat kenapa keadaan selalu memarjinalkan sosok wirausaha jurnalistik semacam dirinya? Kenapa untuk mendapatkan apresiasi pemerintah harus menghamba diri? Dan masih banyak pertanyaan sejenis yang sebenarnya juga dialami semua wartawan yang memperjuangkan kesejahteraannya dengan tangannya sendiri. Semua pertanyaan itu bisa dijawab kalau PWI bisa menjadi wadah bersama memperjuangkan nasib wartawan. Akhirnya maafkan kami kawan atas ketidakberdayaan kami. Ini menjadi pelajaran bagi kami bahwa ke depan jangan sampai ada wartawan seperjuangan yang harus mengalami nasib tanpa jaminan apapun. Kita memang harus kuat dan tegar berdiri diatas kaki sendiri, tapi ke depan wartawan harus mulai menata hidupnya agar kesejahteraannya meningkat. Selamat jalan kawan, semoga Allah menerima semangat pengabdianmu. Amin. (Mukhlisaljawi@yahoo.co.id)