Jumat, 20 November 2009

Hati yang Terbelah

"Ya, Allah aku memang tak sanggup memberikan cinta seluas lautan Mu, makanya jika dia yang aku cintai menambatkan cinta dalam dermaga selain aku, itu adalah cara dia mencari keluasan cinta selain aku".

Alkisah, ada seorang yang hatinya demikian tersayat sembilu. Ia hanya bisa meraba-raba adakah cinta dalam hatinya ? Dialah ummul mukminin di luar Aisyah yang melihat Rosul sangat romantis kepada Aisyah. Mereka sebenarnya sudah merasakan cinta Muhammad dengan sepenuh jiwa. Namun cinta Muhammad kepada Aisyah, sebagaimana disitir Allah sangat cenderung ke Aisyah. Inilah awal api cemburu di keluarga Muhammad, sehingga Allah menurunkan ayat-Nya.

Hati manusia diciptakan dengan satu kecenderungan. Inilah kenapa Allah menegur Nabi Muhammad tatkala hatinya mulai cenderung ke Aisyah, sementara yang lain diabaikan. Kecenderungan hati manusia itu menjadi tema serius dalam Al-Quran, karena disana ada hati yang tersakiti. Makanya Allah memberikan tuntunan agar Muhammad tidak memperlihatkan kecenderungan hatinya dengan memperbagus akhlaknya kepada yang mencintainya. Setidaknya mereka diperlakukan setara sehingga mereka merasa diakui keberadaanya di hati Nabi Muhammad.

Bagaimana dengan umat Muhammad sekarang? Orang sekarang tidak memperlihatkan akhlak yang mulia dihati yang ia cintai. Tapi ia akan membangun cinta yang sesuai dengan konstruksi pikiran dan hatinya. Kalau ternyata dalam hati yang dicintai ia tidak hadir bagaikan Ummul Mukminin Aisyah, ia akan mencari sosok lain. Makanya orang yang hatinya selembut Muhammad akan tersakiti. Padahal kelembutan hati Muhammad itu punya kekuatan dahsyat untuk meluluhkan hati yang gundah dan merasa terabaikan.Entahlah, semuanya sedang menuju kepada kehancuran, masih adakah cinta dan kelembutan Muhammad di hati ummatnya? Wallahu'alam.***

Kamis, 19 November 2009

Kiamat Hati

"Ya Allah jadikanlah aku sebagai orang yang mengambil pelajaran, jangan jadikan aku sebagai pelajaran bagi orang lain, apalagi pelajaran dalam kemaksiatan,".

Doa inilah yang menginspirasi tulisan ini. Syahdan, ada sebuah kisah perjalanan anak manusia yang malang melintang dalam perburuan nafsu hingga ia terpuruk. Sebut saja sang tokoh kisah ini Si Item, usianya sudah tak muda lagi. Sohibul kisah ini mengawali membuka kehidupan dengan cinta, tanpa definisi dan tanpa menyelami apa itu cinta. Ia hanya tahu bahwa rasa senang dan bahagia kepada lawan jenis dianggap cinta. Suatu hari hatinya didatangi rasa senang ini tatkala menatap seorang laki-laki yang sudah senja usianya.Semula biasa saja dan hanya kenal biasa. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Dewa Amor mengipas-ngipas hingga timbullah rasa cinta. Akhirnya kedua sijoli tua itu menjalin cinta dan hidup layaknya suami istri hingga tanpa terasa ada calon anak yang siap menjadi saksi cinta mereka.

Adakah yang janggal dalam percintaan mereka? Dalam dunia modern seperti sekarang kisah semacam itu sudah banyak menimpa semua usia. Tidak aneh dan lumrah sehingga tidak ada orang yang menyalahkan.Dan pelakunya pun merasa benar terus, sehingga semua menjadi biasa. Selama hal itu dijalani oleh yang bersangkutan dianggap membahagiakan tidak masalah meski secara norma salah.Bagaimana jika ternyata kebahagiaan cinta yang dibangun dalam pondasi nafsu itu membawa petaka? Bagaimana kalau ternyata cinta buta itu menutup nurani?

Dalam kisah Si Item itu ternyata si lelaki yang dijadikan pangeran Arjuna jauh dari bayangan. Ia hanya gagah di permainan asmara, tapi di alam nyata adalah arjuna yang hanya pandai memeloroti apa yang ada ditangan si Item. Setelah kehormatannya, giliran hartanya, hingga semuanya habis. Bahagiakah si Item? Entahlah kisah cinta ini belum berakhir sebab keburu Kiamat diramalkan tahun 2012.

Intinya, hidup memang penuh misteri dan rahasia, apalagi yang menyangkut hati manusia. Sejak dulu kala yang namanya hati mendapatkan perhatian besar dari Allah yang menciptakan manusia. Ini mengindikasikan bahwa hati punya kedudukan penting dalam siklus kehidupan, ia bisa menjadi pusat harmoni tapi juga bisa menjadi sumber petaka.Semua tergantung kepada kita, kalau mau aman di akherat berarti hati dibimbing mengenal Allah.Sedangkan bagi yang ingin memuaskan hati dengan kemewahan dunia, bawalah hati menyelami dunia tentu dengan menempuh cara syetan.Inilah Kiamat Hati...***