Sabtu, 07 Agustus 2010

Jagalah Prasangka

Dalam sebuah hadis qudsi Allah bersabda: "Sesungguhnya Aku ada dalam prasangka hamba-Ku". Hadis qudsi ini memberikan sinyal bahwa Allah akan mengabulkan prasangka hambanya, entah prasangka baik maupun buruk. Maka sebaik-baik prasangka dalam Islam adalah "husnudhon" yakni berprasangka baik, sebab ini paling maslahat dan kecil resikonya dibandingkan dengan "su'udhon" (prasangka buruk). Islam selalu mengajarkan bagaimana manajemen prasangka dalam konteks kebajikan, baik prasangka kepada Allah dan manusia. Mengapa Islam mengajarkan berprasangka baik? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari manusia paling tidak siap dengan keadaan pahit apalagi yang bersumber dari pikiran negatifnya.

Pada saat pikiran kita membangun prasangka, di sana ada kekuasaan Allah yang akan mengarahkan kemana prasangka itu ditujukan. Kalau kebetulan berprasangka baik kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang terbaik dalam setiap event dan peristiwa manusia, meskipun peristiwa itu benar-benar pahit. Ini realisasi dari hadits qudsi diatas, bahwa Allah berada dalam prasangka hamba-Nya. Sebaliknya mereka yang berprasangka buruk kepada Allah, juga akan menerima kegetiran dan kepahitan atas buah pikirannnya sendiri. Inilah yang menghiasi lembara sejarah kehidupan manusia, bagaimana sebuah prasangka buruk bisa memicu konflik dan peperangan. Semua berawal dari sebuah prasangka buruk.

Mungkin kecenderungan manusia senang dengan yang berbau negatif, isu, rumor dan gosip, makanya Islam memberikan tuntunan bagaimana berpikir dan berprasangka positif agar hasilnya menjadi baik. Kita tidak akan pernah rugi dengan berprasangka baik ke Allah dan sesama manusia, sebab muara dari semuanya adalah kita sendiri. Kita selalu melihat ke luar diri, sementara yang ada dalam diri kita terabaikan, sehingga lebih peka merasakan kesalahan orang lain daripada diri sendiri. Yang parah lagi kalau sesuatu yang belum tentu salah tapi karena kita tidak suka menjadi salah. Lalu itu dianggap sebuah kesalahan padahal parameternya hanya rasa suka tidak suka.

Husnudhon atau berprasangka baik sejatinya merupakan energi untuk menetralkan kekuatan nafsu yang bersumber dari amarah alias energi api. Api punya kekuatan membakar dalam kadar tertentu, namun api juga menjadi sumber cahaya tatkala sudah ditaklukan unsur membakarnya. Husnudhon adalah api yang menjadi cahaya sehingga yang bersangkutan tidak menjadi korban dan pelaku yang membakar. Dengan berhusnudhon seseorang telah menjadikan dirinya hangat, penuh optimisme dan tak terlibat pada prasangka buruk, ghibah, rumor dan isu.

Bayangkan betapa muramnya dunia ini jika setiap waktu manusia saling menebar curiga, berpikir negatif kepada orang, berprasangka buruk kepada orang, dan selalu mencari kesalahan orang. Betapa tidak nikmatnya hidup kalau setiap hari mulut, mata, dan telinga kita hanya dijejali gosip, rumor dan informasi yang memaparkan aib dan kejelekan orang lain. Lalu apa artinya kebajikan dan amal soleh, sebab semua kebajikan sudah dibakar dengan berbagai keburukan.