Jumat, 31 Juli 2009

Mengapa Jadi Teroris

Pilihan menjadi teroris merupakan hak asasi, meskipun secara HAM juga melanggar hak asasi orang lain.Sebab sebutan teroris berasal dari musuh bukan penamaan dari pelaku. Bagi pelaku, ia menyebut dirinya seorang pejuang, pahlawan dan mujahid. Yang mentenarkan dan yang merasa terganggu dengan aktifitas terorisme adalah kepentingan Amerika dan Israel, sang maestro penebar maut dan teror.Dengan demikian, dalam sudut pandang pelaku bisa dimaknai bahwa bom dan aktifitas terorisme merupakan bentuk perlawanan atas hegemoni penjajah. Para pakar menyebutkan bahwa dorongan orang menjadi teroris dipengaruhi oleh ideologi dan keyakinan. Padahal dalam kenyataannya, masalah ideologi dan keyakinan itu tidak mutlak. Yang mutlak adalah bahwa pelaku teroris merepresentasikan diri sebagai orang yang tidak kuat diperlakukan tidak adil, tertindas dan dizalimi dalam jangka panjang. Maka tidak ada jalan lain kecuali melawan. Hanya satu kata melawan itulah ideologinya,ini diandaikan pelaku teroris bukan pemain bayaran Amerika atau Israel yang disewa untuk menutupi kejahatan Amerika dan Israel.

Makanya teroris akan terus mendapat simpati dari penduduk dunia yang negaranya ditindas, dijajah dan diinjak-injak martabatnya. Mata rantai jaringan teroris akan terus terjalin selama penjajahan modern terus berlangsung. Inilah yang tidak dipahami oleh produser kejahatan teroris Amerika dan Israel. Selama Palestina, Afghanistan dan Irak membara oleh penjajahan, maka sampai kapan pun bom bunuh diri akan meledak. Mereka berhak melindungi diri, martabat dan tanah airnya. Ini harga mati yang harus ditebus dengan darah dan nyawa. Akhirnya, kita yang ada di Indonesia sebagai negeri muslim terbesar harus bisa menempatkan diri. Jangan kita latak mengikuti arus pemikiran Amerika yang anti Islam, kecuali jika kita menjadi antek-antek penjajah. ****

Terorisme Diberantas ?

SBY dalam koran Kompas edisi Jumat (31/7/ 2009)memerintahkan agar terorisme diberantas. Mungkinkah terorisme diberantas? Secara kasat mata tampaknya tidak mungkin aparat kepolisian Indonesia mampu memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya. Mengapa ? Selama ini terorisme dipahami sebagai aksi sepihak, padahal teror yang terjadi di Indonesia itu merupakan reaksi heroik atas ketidaksetujaun kelompok radikal terhadap pemimpin Indonesia yang pro penjajah.

j

Selasa, 28 Juli 2009

Jadi Tukang Bom Itu Indah

Siapa yang megatakan bom bunuh diri itu menyiksa diri? Pasti hanya orang kafir yang takut dengan bom bunuh diri. Bagi seorang muslim yang membela agama Allah dengan jihadnya, bom merupakan sarana menjemput mati syahid. Bom adalah kenikmatan sejati, maka menjadi tukang bom itu indah bila dikaitkan dengan jihad. Melawan kaum kafir yang bersenjata lengkap jelas tidak bisa hanya dengan diplomasi meja, tapi mereka perlu dilawan dengan diplomasi bom. Melawan Yahudi Israel dan kepentingan Amerika di negeri sejuta masjid ini adalah jihad akbar. Jadi kita tidak perlu takut mati karena ledakan bom, sebab di kamar tidur juga orang bisa mati bila ajal mejemput.

Karena itu, kini semakin jelas mereka yang mengolok pelaku jihad bom layak dipertanyakan keimanannya. Bagaimana mungkin kita berdamai dengan kaum kafir seraya mengolok dan menjatuhkan martabat umat Islam. Pasti hanya mereka yang menjadi "inlander" penjajah saja yang senang umat Islam dtindas dan dilibas. Kita sudah salah memahami masalah,sehingga kita mati rasa ketika melihat saudara seiman di Palestina dibantai secara keji oleh Yahudi. Tidak ada jalan lain kecuali kita harus menghancurkan semua tatanan yang dibangun bangsa Yahudi. Hanya jihad yang akan menghadang kekejaman Yahudi dan Nasrani.

Inilah yang sebenarnya hilang dari umat Islam. Ruh jihad kita kendur sehingga tak sanggup melawan musuh. Sampai kapan kita akan terus begini? Jangan gadaikan iman kita hanya untuk menjilat penjajah. Ingat janji Allah yang yang akan memberikan surga kepada hamba-Nya yang membela Allah.***

Bom Korupsi

Kalau ada bom meledak, kita panik dan telunjuk kita saling menuding. Tapi kalau anggaran publik diteror oleh para koruptor yang mengempalng dana rakyat kita diam seribu bahasa. Padahal dampak korupsi dengan bom di Mega Kuningan jauh lebih bahaya korupsi sebab yang diledakkan adalah anggaran pembangunan. Jadi jangan-jangan yang memanfaatkan isu bom adalah para koruptor yang enggan bertanggungjawab. Mereka mendompleng pada momentum peledakan bom. Padahal mereka yang merobohkan pondasi pembangunan, tapi mereka cuci tangan dan menuding Noordin M Top sebagai biang teroris. Kepada Noordin M Top kita ucapkan selamat atas kepintarannya, tapi sayang bom Anda ditunggangi para komprador negara. Nilai jihad Anda yang membela agama dikotori oleh kepentingan ekonomi politik koruptor. Makanya para koruptor kini tidur nyenyak, sedangkan Ketua KPK Nonaktif Antasari kini sedang kesepian. Dan bisa ditebak kelak SBY-Boediono akhirnya hanya akan jadi kaki tangan penjajah Amerika yang gencar melawan teroris versi mereka sendiri.Kasian juga rakyat kita!.

Senin, 27 Juli 2009

Bom dan Islam

Bom bisa meledak oleh siapa saja dan dimana saja.Termasuk yang meledak di Mega Kuningan Jakarta. Pelakunya tidak harus muslim, sebab yang namanya kegiatan peledakan bom itu universal. Meledakkan bom adalah bahasa ungkapan atas perasaan tertindas, terzalimi dan terpinggirkan. Jadi tidak adil kalau semua sorotan diarahkan kepada kaum muslim, sebab di Irlandia yang mayoritas Kristen juga sering terjadi kekerasan dan terorisme. Maka yang bijak adalah menempatkan peledakan bom sebagai peristiwa biasa dan tidak mesti dikatakan teroris. Lihatlah bagaimana kejamnya Israel membantai muslim Palestina. Kenapa Israel tidak dihukum dengan kejahatan terorisme? Mengapa Amerika diam seribu bahasa melihat kejahatan teror Israel atas bangsa Palestina. Mengapa kejahatan Amerika menganeksasi Irak tidak disebut sebagai tindakan terorisme? Lalu mengapa kita bangsa Indonesia membeo dan jadi bangsa penurut mengikuti order Amerika? Jangan-jangan pemimpin kita adalah komprador penjajah Amerika..