Selasa, 06 Juli 2010

Cahaya Kebajikan

Sekali waktu cobalah merenungi kembali perjalanan hidup kita. Ternyata sebagian besar energi hidup kita dicurahkan kepada sesuatu yang kelam, hitam dan tak bercahaya. Mereka yang mengawali perjalanan hidupnya dengan cahaya kebajikan: memulai langkah dengan yang baik, selalu terjebak kepada rasa takabur saat melihat yang hitam, kelam dan menyakitkan. Perbuatan kita dimata umum memang baik, misalnya ibadahnya rajin, suka menolong orang, santun, nasehatnya bagus dan terlihat membenci kemungkaran. Namun didalam lubuk hati orang yang masuk dalam golongan "orang baik" tersembunyi energi negatif yang melihat dunia serba hitam: mudah curiga, mudah sakit hati, mudah mencela, mudah menghina dan mudah menyalahkan serta mencari kesalahan tanpa dia bisa memperbaiki keadaan. Makanya orang baik jenis ini tak pernah diberi amanah oleh Allah untuk memperbaiki akhlak orang yang sudah bejat dan rusak. Malah sebaliknya orang baik berubah jadi jahat karena pikiran negatif orang baik.

Sekarang lihat di sudut lain kehidupan ini, yakni mereka yang mengawali perjalanannya dengan langkah serba kelam, hitam dan penuh kegelapan. Orang ini memang tidak pernah mendapatkan cahaya kebajikan, karena semua panca indranya tertutup oleh berbagai kesulitan dunia. Hidup mereka berlumuran dosa, membunuh, merampok, berzina, mencuri dan mabok-mabokan. Hampir semua perbuatan jahat dilakukan bagaikan yang dialami Fudhail bin Iyadh, seorang sufi yang kemudian menempuh jalan kebajikan. Tak ada cahaya setitikpun sebab mereka dijauhi orang-orang baik, bahkan menjadi musuh orang-orang baik. Tapi benarkah dalam fitrahnya tidak tersimpan cahaya kebajikan?

Mari kita telaah dengan kacamata yang berbeda. Dalam diri orang yang baik selalu dibisiki pikiran negatif berupa riya, takabur, sombong dan ujub (bangga dengan diri sendiri). Makanya Allah mengajarkan kebajikan kepada orang yang mau baik dengan akhlak mulia: tawadhu, tawakkal, rendah hati, ikhlas dan qonaah. Ini sesungguhnya akhlak yang harus dipunyai orang yang baik. Namun kebanyakan akhlak terpuji ini menjauh, kemudian yang negatif bersembunyi dalam jiwa orang baik. Pikiran negatif yang berada dalam benak orang baik akan selalu dibenarkan dan banyak mendapatkan dukungan. Apalagi kalau yang punya pikiran negatif seorang yang punya kedudukan.

Sebaliknya, di dunia orang kelam yang serba jahat, sebenarnya juga tersimpan fitrah kebajikan. Hanya karena prilaku mereka yang jahat, mereka berbicara dan berbuat baik sekalipun selalu disangka jahat oleh orang baik. Dalam hati mereka sebenarnya masih ada cahaya kebajikan, mereka masih bisa berpikir positif karena kejahatan yang dia lakukan semata-mata terdesak atas kesulitan yang tak bisa dipecahkan. Mereka bisa menerima orang baik yang tulus tanpa berprasangka buruk apalagi menilai kejahatan dengan cara jahat. Bahkan mereka bisa bersahabat baik tanpa saling merugikan, sebab mereka punya solidaritas saat kita berempati. Orang baik jenis inilah yang bisa mengajak mereka ke cahaya dan menempuh jalan pertobatan.

Andaikan saya mengalami dua situasi ini, maka yang paling sulit adalah menjadi baik dikalangan orang baik tapi berpikiran negatif. Hidup terasa tertekan dan jadi beban jika setiap waktu dijadikan sasaran keburukan orang-orang baik. Bila setiap waktu pikiran negatif menjadi karakter orang baik, maka sesungguhnya saat itu pula pintu kejahatan sudah terbuka. Dan kalau mental kuat ternyata lebih mudah menjadi baik di kalangan penghuni kekelaman karena ada peluang mengajak orang menjadi baik dan mentobati perbuatannya yang jahat. Inilah misi Muhammad saat diangkat menjadi nabi. Makanya Nabi Muhammad itu diturunkan di kalangan Bani Quraisy musrik dan jahat untuk mengajak mereka kembali kepada akhlak mulia.

Seharusnya orang-orang baik itu mencontoh Nabi Muhammad agar bisa membawa misi cahaya. Dengan begitu, apapun yang dilakukan orang-orang baik akan maslahat dan akan menjadi penebar kebajikan. Buat apa mengaku jadi orang baik kalau perbuatan dan mulutnya menjadi ajang penebar keburukan? Jangan jadikan baju kebajikan untuk menyembunyikan pikiran jahat karena itu akan lebih membahayakan, dan dampaknya sangat massif daripada penjahat yang asli. Semoga kita sanggup menjadi yang terbaik dalam situasi apapun dan dalam peran apapun. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar