Selasa, 06 Juli 2010

Dibenci Tapi Bahagia

Dalam sebuah hadits Nabi bersabda: 'Saat kau bergembira atas cobaan dan penderitaan orang lain, boleh jadi Allah akan merahmatinya, dan akan mengalihkan cobaan dan penderitaan itu kepadamu'. Sekarang ini ada kencenderungan orang berbahagia melihat orang menderita, tersiksa dan menjadi korban sebuah penderitaan. Padahal saat kita merasakan gembira atas penderitaan orang, disana sebuah penderitaan yang sama juga sedang menanti kita. Inilah hukum kausalitas, siapa yang menabur angin akan menuai badai. Saat kita membenci sebuah perbuatan, sementara yang kita benci belum tentu seperti yang kita bayangkan, maka esok atau lusa yang kita benci itu kita kerjakan.

Mungkin dalam bahasa lokal itulah yang namanya kualat. Sebuah bahasa untuk menggambarkan betapa sebuah sikap akan selalu menimbulkan reaksi yang seirama atau malah bertentangan. Orang yang paling tidak siap adalah ketika menerima kejadian yang ia benci tapi teralami. Inilah mengapa banyak orang yang kemudian jatuh sakit hingga berakhir dengan kematian. Ia memelihara kebencian dan kedengkian hingga badannya melemah dan meregang nyawa.

Maka jika hari ini kau menjadi orang yang dijadikan sasaran kebencian dan jadi sarana orang bahagia atas penderitaanmu, ada peluang Allah akan menurunkan rahmatnya kepadamu. Sementara orang yang sekarang berada dalam kepuasan atas penderitaan kita, esok akan banjir air mata, meratapi nasib yang dulu kita derita. Siapkah jika ini menjadi sebuah kenyataan?

Wahai engkau yang sedang menata hati, memperbaiki diri dan memperindah akhlak, sesungguhnya hukum kausalitas ini akan senantiasa berputar menyapa penduduk bumi. Allah berfirman: boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal disana ada kebaikan. Sebaliknya boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal disana ada keburukan. Nabi juga bersabda; cintailah segala sesuatu sekadarnya saja, sebab boleh jadi kau membencinya. Dan bencilah sesuatu sekadarnya, sebab siapa tahu esok kau mencintainya.

Semua ada balasan, semua ada kifaratnya. Hanya mereka yang bisa menahan diri dan mengendalikan nafsu saja yang bisa selamat. Penderitaan dan ujian sebenarnya cara Allah mengungkapkan cinta kepada hambanya terkasih. Maka tidak sepantasnya kita membenci orang dicintai Allah, jika cobaan dan ujian itu demi kebaikan yang dicintai-Nya. Saatnya bermuhasabah, jangan-jangan kita selama sudah menjadikan semua panca indra kita sebagai wasilah penebar fitnah, ghibah, dan namimah. Padahal semua panca indra harus digunakan sesuai dengan perintah Allah.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar